Perbedaan Tingkat Upah
Perbedaan tingkat upah terletak dari satu sektor ke sektor industri lainnya
maupun antar daerah. Perbedaan ini pada dasarnya disebabkan oleh satu atau
lebih dari sembilan alasan dibawah ini. Perbedaan tingkat upah tersebut terjadi
pertama
karena pada dasarnya pasar kerja itu sendiri, terdiri dari beberapa pasar
kerja yang berbeda dan terpisah satu sama lain. Disatu pihak, pekerjaan yang
berbeda memerlukan tingkat pendidikan dan ketrampilan yang berbeda.
Produktivitas kerja seeorang berbeda menurut pendidikan dan latihan yang
diperolehnya. Perbedaan tingkat upah dapat terjadi karena perbedaan tingkat
pendidikan, latihan dan pengalaman.
Kedua, tingkat upah di
tiap perusahaan berbeda menurut persentase biaya pekerja terhadap seluruh biaya
produksi. Semakin kecil proporsi biaya pekerja terhadap biaya keseluruhan,
semakin tinggi tingkat upah. Misalnya pada perusahaan-perusahaan yang padat modal
seperti perusahaan minyak, pertambangan, industri berat.
Ketiga, perbedaan tingkat upah antara beberapa perusahaan dapat
pula terjadi menurut perbedaan proporsi keuntungan perusahaan terhadap
penjualannya. Semakin besar proporsi keuntungan terhadap penjualan dan semakin
besar jumlah absolute keuntungan, semakin tinggi nilai upah.
Keempat, perbedaan tingkat upah antar perusahaan dapat berbeda
karena perbedaan peranan pengusaha yang bersangkutan dalam menentukan harga.
Perusahaan-perusahaan monopoli dapat menaikkan harga tanpa takut akan
kompetisi. Pengusaha-pengusaha oligopoli lebih mudah untuk bersama-sama
berunding menentukan harga, sehingga tidak perlu berkompetisi satu sama lain.
Dalam perusahaan-perusahaan tersebut lebih mudah untuk menimpakan kenaikan upah
kepada harga jual barang.
Kelima, tingkat upah dapat berbeda menurut besar kecilnya
perusahaan. Perusahaan yang besar dapat memperoleh kemanfaatan “economic of scale” dan oleh sebab itu
dapat menurunkan harga, sehingga mendominasi pasar. Dengan demikian perusahaan
yang besar cenderung lebih mampu memberikan tingkat upah yang tingggi daripada
perusahaan kecil.
Keenam, tingkat upah dapat berbeda menurut tingkat
efisiensi dan manajemen perusahaan. Semakin efektif manajemen perusahaan,
semakin efisien cara-cara penggunaan faktor produksi, dan semakin besar upah
yang dapat dibayarkan kepada para pekerja.
Ketujuh, perbedaan kemampuan atau kekuatan serikat pekerja
dapat mengakibatkan perbedaan tingkat upah. Serikat pekerja yang kuat dalam
arti mengemukakan alasan-alasan yang wajar biasanya cukup berhasil dalam
mengusahakan kenaikan upah.
Kedelapan, tingkat upah dapat pula berbeda karena faktor
kelangkaan. Semakin langka tenaga kerja dengan ketrampilan tertentu, semakin
tinggi upah yang ditawarkan pengusaha.
Kesembilan, tingkat upah dapat berbeda sehubungan dengan
besar kecilnya resiko atau kemungkinan mendapat kecelakaan di lingkungan
pekerjaan. Semakin tinggi mendapat resiko, semakin tinggi tingkat upah. Dan
yang terakhir, perbedaan tingkat upah dapat terjadi karena pemerintah campur
tangan seperti dalam menentukan upah minimum yang berbeda.
Masalah Pengupahan
Masalah pertama yang timbul dalam bidang pengupahan dan karyawan pada
umumnya pengertian dan kepentingan yang berbeda mengenai upah. Bagi pengusaha,
upah dapat dipandang menjadi beban karena semakin besar upah yang dibayarkan
pada pekerja, semakin kecil proporsi keuntungan bagi pengusaha. Segala sesuatu
yang dikeluarkan oleh pengusaha sehubungan dengan mempekerjakan seseorang
dipandang sebagai komponen upah. Dilain pihak, karyawan dan keluarganya
biasanya menganggap upah hanya sebagai apa yang diterimanya dalam bentuk uang (take home pay). Kenyataan menunjukkan
bahwa hanya sedikit pengusaha yang secara sadar dan sukarela berusaha
meningkatkan penghidupan karyawannya. Dilain pihak, karyawan melalui Serikat
pekerja dengan mengundang campur tangan pemerintah selalu menuntut kenaikan
upah dan perbaikan fringe benefit.
Jika tuntunan seperti itu tidak disertai dengan peningkatan produktivitas kerja
akan mendorong pengusaha akan mengurangi penggunaan tenaga kerja dengan
menurunkan produksi, menggunakan teknologi yang lebih padat modal atau
mendorong harga jual barang yang kemudian mendorong inflasi.
Masalah kedua di bidang pengupahan berhubungan dengan keanekaragaman
sistem pengupahan. Proporsi sebagian upah dalam bentuk natura dan fringe benefit cukup besar, dan besarnya
tidak seragam antara perusahaan-perusahaan. Sehingga kesulitan sering
diketemukan dalam perumusan kebijakan nasional, misalnya dalam hal menentukan
pajak pendapatan, upah minimum, upah lembur dan lain-lain.
Masalah ketiga yang dihadapi
dalam bidang pengupahan adalah rendahnya tingkat upah atau pendapatan
masyarakat. Rendahnya tingkat upah ini disebabkan karena tingkat kemampuan
manajemen yang rendah sehingga menimbulkan berbagai macam pemborosan dana,
sumber-sumber dan waktu. Selain itu, penyebab rendahnya tingkat upah karena
rendahnya produktivitas kerja. Produktivitas kerja karyawan rendah, sehingga
pengusaha memberikan imbalan dalam bentuk yang rendah juga.
Karakteristisk Upah
Upah per satuan (piece rates) dan
upah per jam (time rates)
Saudara mahasiswa,
kita akan membahas karakteristik kontrak kerja antara pekerja dan perusahaan
berupa penetapan upah per satuan (piece
rates) dan upah per jam (time rates).
Masalah yang muncul pada kontrak kerja kerja akan
mempengaruhi produktivitas tenaga kerja dan tingkat keuntungan perusahaan. Jenis
kontrak kerja yang dipilih sangat penting karena pemberi kerja sering tidak
tahu produktivitas pekerja yang sebenarnya, sementara pekerja menginginkan upah
yang besar dengan kerja yang sekecil mungkin.
Sistem upah per satuan mengkompensasi pekerja berdasarkan pada output yang
dihasilkan oleh pekerja. Sebagai contoh pekerja garmen dibayarkan berdasarkan
pada seberapa banyak jumlah celana yang dihasilkan, para tenaga penjual dibayar
sesuai dengan besarnya komisi tertentu dari volume penjualannya. Sedangkan
kompensasi upah pekerja per jam sangat bergantung kepada jumlah jam kerja yang
dialokasikan pekerja dalam pekerjaannya dan tidak berhubungan sama sekali
dengan jumlah output yang dihasilkan pekerja. Perusahaan yang memiliki biaya
pengawasan yang tinggi jika memberikan tingkat upah per satuan yang kecil
kepada pekerja maka hanya sedikit pekerja yang mau menerima upah yang demikian
sedikitnya (low take home salaries).
Sehingga perusahaan yang menghadapi biaya pengawasan yang tinggi lebih memilih
upah per jam (berdasarkan waktu), sementara perusahaan yang menghadapi biaya
pengawasan yang rendah memilih tingkat upah per satuan. Oleh karenanya, upah
per satuan sering dipakai untuk membayar pekerja yang outputnya dapat diamati
dengan mudah misalkan jumlah celana yang diproduksi, volume penjualan pada
periode yang lalu, semetara upah per jam ditawarkan bagi para pekerja yang
outputnya sulit untuk diukur seperti upah bagi para professor di Universitas
atau para pekerja pada tim produksi software.
0 komentar:
Posting Komentar