Minggu, 05 Januari 2014

SEJARAH MTI CANDUNG

Madrasah Tarbiyah Islamiyah Canduang, Agam, Sumatera Barat
Madrasah Tarbiyah Islamiyah Canduang, Agam, Sumatera Barat
[Image: mticanduang1.jpg]



Profil MTI-C
MTI (Madrasah Tarbiyah Islamiyah) Canduang adalah institusi Pendidikan Islam yang dikembangkan oleh Maulana Syekh Sulaiman Arrasuli dari halaqah pengajian Thuras (kitab-kitab) nya di Surau Baru Pakan Kamis Canduang yang beliau tekuni sejak tahun 1908 sepulang belajar dari Mekkah. Atas kesepakatan dengan sahabat-sahabatnya yang juga mengasuh pengajian halaqah Thuras yaitu Syekh Abbas Ladang
Laweh dan Syekh Djamil Djaho, maka Sejak 5 Mei 1928 pola pendidikan halaqah itu berobah menjadi klasikal dengan memakai kelas, bangku, meja dan papan tulis untuk sebagai sarana belajar. Memasuki tahun 1950 Madrasah Tarbiyah Islamiyah Canduang terdaftar di Departemen Agama. Pada tahun 1961 MTI Canduang di payungi oleh Yayasan Syekh Sulaiman Arrasuli.

Syekh Sulaiman ar-Rasuli adalah sosok ulama pejuang yang hidup pada tiga masa, yaitu masa pra kemerdekaan, masa kemerdekaan, dan masa pasca kemerdekaan.


[Image: syekh-sulaiman-2.jpg?w=72&h=110]
Riwayat Kelahiran Syeikh Sulaiman ar-Rasuliy


Sulaiman merupakan anak pertama (sulung) dari 2 orang bersaudara.

Saudara beliau bernama Lajumin Habib. Ayah beliau ulama besar Minangkabau di masa itu, yaitu Angku Mudo Muhammad Rasul dan ibu beliau bernama Siti Buliah. Beliau adalah tokoh ulama dan pejuang kelahiran 10 Desember 1871 M, bertepatan dengan 1297 H. Tempat kelahiran beliau di daerah Pakan Kamih, Canduang, lebih kurang 11 Km dari Bukittinggi arah ke Payakumbuh

Syekh Sulaiman ar-Rasuliy di Masa Kecil
Telah memiliki karakter leadership (kepemimpinan) dan konstruktor (jiwa pembangun). Bersahabat, bermasyarakat dengan sesama masyarakat yang semasa dengannya. Tegas, sopan, dan memiliki moral yang tinggi dan luhur .

Syekh Sulaiman ar-Rasuli di Masa Pendidikan
Pendidikan Dasar Agama Islam dengan belajar membaca al-Qur’an dengan Maulana Syekh Abdurrahman al-Khalidi (Kakek Syekh ‘Arifin) pada tahun 1881 M/ 1307 H di Batu Hampar, Payakumbuh.
Pendidikan Ilmu alat dalam menela’ah al-Qur’an, yaitu ilmu nahwu dan ilmu sharaf kepada Syekh Abdushshamad al-Samiak (Tuanku Sami’) di Biaro tahun 1883-1884 M/ 1309-1310 H
Belajar ilmu fiqh dan pemahaman ilmu faraid dengan Tuanku Kolok (Kakek dari orang tua perempuan Prof. Dr. Mahmud Yunus) di Sungayang pada tahun 1885-1886 M/ 1310-1311 H
Kembali belajar dengan Tuanku Sami’ yang baru kembali dari Makkah pada tahun 1886 M/ 1311 H.
Pada tahun yang sama, merupakan awal perkenalannya dengan Yang Mulia Angku Haji Abbas Khadi Landrat Ford de Cock yang pada tahun 1926 membantu proses pembangunan MTI Candung
Selama tujuh tahun, Syeikh Sulaiman ar-Rasuli belajar di Halaban dengan Syeikh Abdullah Halaban pada tahun 1890-1896 M/ 1315-1321 H, untuk mendalami berbagai disiplin ilmu, yaitu:
Ilmu-ilmu tata bahasa Arab (Ilmu Nahwu, Sharaf, Mantiq, Balaghah, Ushul Fiqh), Fiqh, Tafsir, Tashauf, dan Tauhid
Pada masa ini, beliau telah menjabat sebagai guru tuo (tutor) yang mewakili sang Syeikh pada saat-saat tertentu
Pada tahun 1896 M/ 1321 H akhir, beliau kembali ke tanah kelahirannya dengan membawa beberapa orang murid-murid dengan mengajarkan ilmu-ilmu yang telah dipelajari dengan ulama-ulama besar yang telah menimba ilmu pengetahuan di kota suci Makkah.
Tahun 1903-1907 M/ 1328-1332 H), beliau berangkat untuk menunaikan rukun Islam yang kelima

Pernikahan; Ibadah Haji; dan Pengembaraan untuk Mencari dan Mendalami Ilmu Agama Islam (1903-1907 M/ 1328-1332 H)
1 tahun sebelum keberangkatannya ke Makkah, ia telah dijemput jadi menantu sehingga waktu keberangkatannya, meninggalkan istri dengan seorang anak perempuan, yaitu Ruqayyah. Perjalanan Hajinya di bimbing oleh H. Abdurrahman Padang Gantiang dengan melalui jalur laut di Penang.

Pendidikannya di Makkah al-Mukarramah
Mendalami ilmu-ilmu yang telah dipelajarinya sewaktu di Indonesia dengan para ulama yang disebutkan di atas.
Guru-gurunya adalah:
Syeikh Ahmad Khatib al-Minangkabawi
Syeikh Mukhtar Azharad al-Shufy
Syeikh Said Ahmad Syatha al-Maky
Syeikh Utsman al-Sirwaqy
Syeikh Muhammad Sa’id Mufty al-Syafi’i
Tokoh-tokoh Ulama yang semasa belajar dengannya di Makkah
Syeikh Abdullah Karim Amarullah
Syeikh Muhammad Jamil Jambek
Syeikh Muhammad Jamil Jaho
Syeikh Abbas Abdullah Ladang Laweh
dll

Kembali ke Kampung Halaman
Permintaan Ibunya, mengharuskannya kembali ke Indonesia.
Mendirikan “Surau Baru” sebagai wadah pengembangan ilmu pengetahuan yang diperolehnya selama pengembaraannya
Berawalnya masa perjuangan dari segala aspek kehidupan masyarakat, sehingga mulailah ia hidup di dalam berbagai fenomena sosial.

Syeikh Sulaiman ar-Rasuli di Tinjau dari Aspek Pendidikan
Mendirikan Surau Baru, Pakan Kamih, pada tahun 1908 dengan menggunakan sistem halaqah sampai tahun 1927.
Mendirikan lembaga pendidikan klasikal di Canduang pada tahun 1928, dan masih eksis sampai sekarang melalui lembaga pendidikan Madrasah Tarbiyah Islamiyah Candung

Pendidikan Perspektif Syekh Sulaiman ar-Rasuli
Pendidikan adalah suatu proses memanusiakan manusia.
Pendidikan sepanjang hayat (long life education)
Pendidikan merupakan alat untuk memperoleh keridhaan Allah swt, sehingga materi pendidikan lebih menitik beratkan pada pengkajian agama Islam yang bersumber dari kitab klasik

Karakter Madrasah Tarbiyah Islamiyah dibangun oleh Syeikh Sulaiman ar-Rasuli
Menganut Faham Ahlussunnah wal Jama’ah (dalam kajian Akidah)
Menganut Mazhab Syafi’i (dalam kajian Fiqh)
Mempertahankan pola Halaqah dalam pendalaman kitab kuning disamping pola klasikal dalam PBM secara umum
Memberdayakan Tradisi Mudzakarah (Mempunyai Kebiasaan Kritis, Dialogis, Berfikir Moderat)

Syeikh Sulaiman ar-Rasuli sebagai Tokoh Sosial Keagamaan dan Kemasyarakatan
Tokoh adat Minangkabau yang merekonstruksi dan menetapkan bunyi pepatah:
“Syara’ mangato, adat mamakai; Minangkabau batubuah adat, bajiwa syara’; Pangulu-pangulu salaku juru batu, dan alim ulama salaku kamudi; Adat basandi syara’, Syara’ basandi Kitabullah”

(Bukittinggi, 4-6 Mei 1952; Kongres Ulama, Niniak mamak, dan Cadiak pandai)

Penulis buku tentang kajian adat alam Minangkabau, yaitu:
Pedoman Hidup di Minangkabau
Asal dan Pendirian Pangulu
Pertalian Adat dan Syara’
Pedoman Pangulu
Buku-buku ini berisikan tentang tatanan sosial kemasyarakatan Minangkabau

Kiprahnya Ditinjau dari Aspek Sosial Politik
Ketua Sidang Konstituante pertama pada Pemilu tahun 1955 di Bandung
Penggagas berdirinya Mahkamah Syari’ah dan sekaligus terpilih sebagai KETUA di wilayah Sumatera Tengah. (1947)
Pencetus berdirinya Majelis Tinggi Islam Minangkabau (1944 )
Pendiri Ittihad al-Ulama (1921-1928 )
Pendiri Persatuan Tarbiyah Islamiyah (1928 )

Dinamika Pemikirannya dalam bidang ilmu akidah
Mengonsep tatanan akidah yang benar bagi seluruh elemen masyarakat dengan menulis buku “al-Aqwalu al-Mardhiyah” perspektif “ahl al-sunnah wa al-jama’ah”
Membantah kerancuan yang dituduhkan oleh H. Jalal al-Din (salah seorang tokoh yang berpengaruh) tentang kesesatan thariqat al-Naqsabandiyah dengan menulis buku “Tabligh al-amanah”

Pesan Terakhir Syeikh Sulaiman ar-Rasuli
Teroeskan Membina Tarbijah Islamijah Ini Sesoeai dengan Peladjaran yang Koe Berikan

Perjalanan Madrasah Tarbiyah Islamiyah Candung; Dulu, Kini, dan Esok
Madrasah Tarbiyah Islamiyah Candung merupakan bentuk rekonstruksi lembaga pendidikan yang telah mempunyai embrio semenjak terbentuknya sistem halaqah di Surau Baru
Madrasah Tarbiyah Islamiyah Candung dibangun pada tahun 1926 dan secara resmi memulai pendidikannya pada tanggal 5 Mei 1928

sumber : http://tarbiyahcandung.blogspot.com/2011/07/sejarah-mti-candung.html#more

0 komentar:

Posting Komentar