Globalisasi menggambarkan proses percepatan interaksi yang luas dalam bidang
politik,
teknologi, ekonomi, sosial dan budaya. Globalisasi merupakan istilah yang
digunakan
untuk menggambarkan multi lapis dan multi dimensi proses dan fenomena hidup
yang sebagian besar didorong oleh Barat dan khususnya kapitalisme beserta ni
lai- nilai hidupnya dan pelaksanaannya (Samuel M. Makinda dalam Dochak Latief,
2000).
Dilihat
dari kacamata ekonomi, esensi globalisasi pada dasarnya adalah peningkatan interaksi
dan integrasi di dalam perekonomian baik di dalam maupun antar negara, yang meliputi
aspek-aspek perdagangan, investasi, perpindahan faktor-faktor produksi dalam bentuk
migrasi tenaga kerja dan penanaman modal asing, keuangan dan perbankan internasional
serta arus devisa (Mahmud Toha, 2002). Interaksi ekonomi antar Negara tersebut
mencakup arus perdagangan, produksi dan keuangan, sedangkan integrasi berarti bahwa
perekonomian lokal atau nasional setiap negara secara efektif merupakan bagian yang
tidak otonom dari satu perekonomian tunggal dunia. Jadi pengertian integrasi
lebih keras/tegas dibandingkan interaksi. Berdasarkan kedua kata kunci tersebut
pengertian globalisasi ekonomi adalah suatu kondisi dimana perekonomian
nasional dan local terintegrasi dalam satu perekonomian tunggal yang bersifat
global.
Tantangan koperasi dalam menghadapi
globalisasi
Tantangan koperasi dalam menghadapi
globalisasi antara lain :
1) Keterbatasan informasi pasar dan
teknologi
2)
kendala dalam akses permodalan
3) kapasitas
SDM yang relatif rendah disebabkan faktor budaya yang membatasi ruang geraknya
dalam berorganisasi
4) Belum
dikenalnya keberadaan koperasi dikalangan masyarakat.
Solusi
menggerakan denyut nadi koperasi menghadapi globalisasi adalah melalui pemberdayaan
masyarakat sendiri secara profesional, otonom, dan mandiri dalam arti
berkemampuan mengelola usaha sebagaimana layaknya badan usaha lain, koperasi
juga harus mampu mengoptimalkan potensi ekonominya serta memiliki kemampuan
untuk bekerjasama dengan seluruh perilaku ekonomi. Dengan semakin besarnya
peluang masyarakat dan meningkatnya jumlah kelompok masyarakat yang memiliki
usaha produktif, perlu dipertimbangkan untuk menumbuhkan koperasi-koperasi baru
yang otonom, dan mandiri.
POTENSI DAN TANTANGAN BAGI KOPERASI DALAM
MENGHADAPI GLOBALISASIA. Potensi Koperasi
Dengan adanya otonomi daerah, menyebabkan terputus hubungan struktural antara pemerintah pusat dengan pemerintah daerah. Hal tersebut menimbulkan kesulitan dalam memantau perkembangan koperasi Indonesia. Data perkembangan koperasi yang dapat dilaporkan adalah data tahun 2000 dan data yang paling mutakhir adalah data 2006 yang merupakan hasil kajian pendataan koperasi yang responsif gender Indonesia oleh Deputi Bidang Pengkajian Sumberdaya UKMK. Dari data tersebut, data dikemukakan bahwa secara kuantitatif perkembangan koperasi menunjukan peningkatan yang signifikan, seperti peningkatan jumlah koperasi aktif, jumlah karyawan dan manager, permodalan dan volume usahanya. Sementara jika dilihat dari kualitas, koperasi cenderung lebih konsisten dan memberikan dampak positif yanglebih luas yaitu penigkatan kesejahteraan keluarga.
Sesuai RPJM 2005 dimana ditargetkan perwujudan 70000 unit koperasi berarti ada tantangan bagi pemerintah untuk menumbuhkan dan memantapkan koperasi. Prioritas pada pemberdayaan koperasi juga bisa dilihat dari kenyataan bahwa koperasi cenderung lebih konsisten dibanding jenis lainnya. Dan koperasi dapat menumbuhkan antara lain kelompok usaha masyarakat yang produktif dan potensial, karena keberadaan kelompok tersebut cukup banyak.
Kementerian Negara Koperasi dan UKM dari tahun 2004-2006 adalah sebanyak 184 kelompok 32 propinsi yang mendapatkan bantuan perkuatan modal usaha berbentuk dana bergulir melalui koperasi (KSP/USP) dengan pola tanggung renteng.
MASALAH DAN TANTANGAN KOPERASI
Masalah dan
tantangan yang dihadapi koperasi adalah sebagai berikut:
a)
Akses terhadap informasi pasar dan teknologi
masih relatif rendah
Khususnya dalam penerapan sistem administrasi dan keuangan yang masih tertinggal jauh sehingga sulit bersaing dengan pengusaha lainnya.
Khususnya dalam penerapan sistem administrasi dan keuangan yang masih tertinggal jauh sehingga sulit bersaing dengan pengusaha lainnya.
b)
Akses
terhadap sumber permodalan masih rendah.
Berdasarkan pengamatan dan penelitian pada kenyataannya beberapa koperasi yang lebih mengandalkan modal sendiri. Mereka cukup puas dengan modal yang dipupuk sendiri, walaupun sebenarnya membuthukan tambahan modal dari pihak luar.
Berdasarkan pengamatan dan penelitian pada kenyataannya beberapa koperasi yang lebih mengandalkan modal sendiri. Mereka cukup puas dengan modal yang dipupuk sendiri, walaupun sebenarnya membuthukan tambahan modal dari pihak luar.
c)
Kapasitas
Sumber Daya Manusia masih rendah
Faktor budaya menjadi salah satu kendala rendahnya tingkat pendidikan formal masyarakat juga tidak memberi kesepatan untuk terlalu banyak aktif dalam berorganisasi. Hal itu menyebabkan mereka banyak yang menjadi tenga paruh waktu dala koperasi. Dengan terbatasnya kapasitas sumberdaya manusia akan berpengaruh pula dalam akses informasi pasar dan teknologi. Sehingga mengakibatkan koperasi kalah bersaing dengan pelaku usaha yang lain.
Faktor budaya menjadi salah satu kendala rendahnya tingkat pendidikan formal masyarakat juga tidak memberi kesepatan untuk terlalu banyak aktif dalam berorganisasi. Hal itu menyebabkan mereka banyak yang menjadi tenga paruh waktu dala koperasi. Dengan terbatasnya kapasitas sumberdaya manusia akan berpengaruh pula dalam akses informasi pasar dan teknologi. Sehingga mengakibatkan koperasi kalah bersaing dengan pelaku usaha yang lain.
d)
Keberadaan
koperasi belum cukup dikenal apalagi mengakar kalangan masyarakat.
Berdasarkan pengamatan terhadap beberapa kelompok masyarakat ternyata sebagian daripada mereka tidak tahu akan keberadaan peran koperasi sebagai organisasi ekonomi yang dapat memberikan bantuan dalam berbagai aspek perekonomian. Ada sebagian kelompok lain yang takut ikut berorganisasi karena mereka menduga bahwa keikutsertaanya harus membayar sejumlah uang.
Berdasarkan pengamatan terhadap beberapa kelompok masyarakat ternyata sebagian daripada mereka tidak tahu akan keberadaan peran koperasi sebagai organisasi ekonomi yang dapat memberikan bantuan dalam berbagai aspek perekonomian. Ada sebagian kelompok lain yang takut ikut berorganisasi karena mereka menduga bahwa keikutsertaanya harus membayar sejumlah uang.
KOPERASI DI ERA GLOBALISASI
Globalisasi
yang ditandai dengan adanya persaingan pasar bebas tidaklah selalu buruk,
bahkan menjadi tantangan bagi para pelaku ekonomi termasuk koperasi, untuk
memanfaatkan peluang-peluan yang ada, seperti adanya informasi yang lebih
terbuka, semua pihak dapat bebas mendapatkan akses informasi, persaingan lebih
fair dan adil. Serta akses teknologi mudah terjangkau dan biayanyapun murah.
Agar koperasi dapat bertahan dalam menghadapi globalisasi pemberdayan koperasi
oleh masyarakat secara profesional yang otonom dan mandiri dalam arti berkemampuan
dalam mengelola usaha sebagaimana layaknya badan usaha lain. Dalam globalisasi
koperasi juga dituntut untuk mengoptimalkan potensi ekonominya serta
berkemampuan untuk bekerjasama, saling menghargai, menghormati antar koperasi
dan seluruh stakeholder lainnya dengan tetap mendapatkan perhatian dari
pemerintah. Regulasi peraturan pemerintah diperlukan jika terjadi kesalahan
pasar sebagai akibat dari terjadinya kecurangan dari pelaku ekonomi yang kuat
terhadap yang lemah atau pasar bergerak kearah munculnya persaingan. Intervensi
pemerintah dalam bentuk perlindungan diperlukan dalam rangka mengendalikan
perilaku ekonomi, bukan pranata ekonomi.
Untuk memperkuat karakter bisnis koperasi,program pendidikan dan sosialisasi harus menjadi bagian yang tidak terpisahkan dalam berorganisasi dan praktek bisnis koperasi. Pendidikan dan sosialisasi dibutuhkan untuk merubah mindset, meningkatkan kualitas dan kompetensi, manajerial dan bagaimana membangun jaringan serta memperkenalkan citra koperasi dan program konversi atau pembentukan koperasi beserta konsekuensi (biaya) yang ditimbulkannya.
Dalam rangka prengembangan kapabalitas usaha koperasi agar bertahan globalisasi dibutuhkan pula pendampingan yang dapat memperbaiki manajemen usaha, kualitas produk dan pengembangan pasar. Lembaga pendampingan seperti BDS/LPB dan inkubator perlu diberdayakan kembali oleh pemerintah, sehingga mampu menjalankan perannya sebagai tenaga konsultan yang sangat dibutuhkan UKM dan Koperasi.
Sebagian besar koperasi yakni sebanyak 65 % nya memiliki jenis Usaha Simpan Pinjam (USP) yang memberikan pelayanan pinjaman kredit untuk pemenuhan kebutuhan modal usaha bagi anggotanya. Keberadaan USP yang dikelola oleh masyarakat tersebut cukup signifikan manfaatnya. Bagi anggota demikian pula terhadap dukungan penghasilan bagi lembaga koperasinya. Namun demikian, agar tetap eksis perlu dilaksanakan:
Untuk memperkuat karakter bisnis koperasi,program pendidikan dan sosialisasi harus menjadi bagian yang tidak terpisahkan dalam berorganisasi dan praktek bisnis koperasi. Pendidikan dan sosialisasi dibutuhkan untuk merubah mindset, meningkatkan kualitas dan kompetensi, manajerial dan bagaimana membangun jaringan serta memperkenalkan citra koperasi dan program konversi atau pembentukan koperasi beserta konsekuensi (biaya) yang ditimbulkannya.
Dalam rangka prengembangan kapabalitas usaha koperasi agar bertahan globalisasi dibutuhkan pula pendampingan yang dapat memperbaiki manajemen usaha, kualitas produk dan pengembangan pasar. Lembaga pendampingan seperti BDS/LPB dan inkubator perlu diberdayakan kembali oleh pemerintah, sehingga mampu menjalankan perannya sebagai tenaga konsultan yang sangat dibutuhkan UKM dan Koperasi.
Sebagian besar koperasi yakni sebanyak 65 % nya memiliki jenis Usaha Simpan Pinjam (USP) yang memberikan pelayanan pinjaman kredit untuk pemenuhan kebutuhan modal usaha bagi anggotanya. Keberadaan USP yang dikelola oleh masyarakat tersebut cukup signifikan manfaatnya. Bagi anggota demikian pula terhadap dukungan penghasilan bagi lembaga koperasinya. Namun demikian, agar tetap eksis perlu dilaksanakan:
1. Pembenahan kembali kinerja KSP/USP
2. Penetapan pengelolaanya harus benar-benar
memiliki kemampuan dan kemahiran profesional keuangan dibidang mikro
3. Perlu dipertimbangkan adanya badan atau
tenaga fungsional khusus ditingkat daerah yang memantau dan mengawasi kesehatan
koperasi yang memiliki USP mengingat bidang usaha memiliki kekhususan seperti
bank.
4. Serta perlu dukungan dari kalangan
perbankan sebagai mita KSP/ USP
Apabila
kegiatan-kegiatan itu dilakukan dengan konsisten dan fokus maka diharapkan
dapat memotivasinya untuk mengembangkan wadah pengurusan akte notaris dalam
paket bantuan perkuatan yang diberikan kepada koperasi dan UKM.
Khususnya mengenai pendidikan dan sosialisasi kegiatan ini perlu diadakan dalam rangka pengembangan sosial kapital kelompok masyarakat, membangun sistem perberdayaan ekonomi masyarakat, memacu pengembangan usaha produktif,
Khususnya mengenai pendidikan dan sosialisasi kegiatan ini perlu diadakan dalam rangka pengembangan sosial kapital kelompok masyarakat, membangun sistem perberdayaan ekonomi masyarakat, memacu pengembangan usaha produktif,
0 komentar:
Posting Komentar